May 29, 2014

Mereka Juga WNI

Setelah sekian lama saya tidak menulis dengan Bahasa Indonesia, akhirnya di sini saya memutuskan untuk menulis artikel ini dalam Bahasa Indonesia. Kenapa? tujuan yah karena memang target pembaca saya untuk artikel ini adalah masyarakat Indonesia, terlebih lagi saya tidak mau orang asing mengerti apa yang akan saya tuliskan di sini.


Artikel ini muncul karena tadi subuh saya membaca status seseorang --bukan kenalan hanya saya dia ada di daftar friendlist facebook saya-- yang menyebut-nyebut tentang 'orang cina'. Sebenarnya ini bukan isu baru, isu ini sudah ada lama sekali dan sudah banyak juga orang yang telah menuliskan tentang tema ini. Kira-kira isi statusnya seperti ini

"jangan mau diperbudak oleh orang cina! mereka cuman numpang di negara ini!!"

Hati ini sakit rasanya membaca kalimat yang semuannya dituliskan dengan huruf kapital tersebut. Saya keturunan Jawa, mungkin ada seperenam belas darah Cina di tubuh saya, itulah yang membuat mata saya kecil dan tidak besar seperti orang-orang Jawa pada umumnya, kadang cukup kesal karena masalah ini tapi yasudahlah. Yang tidak bisa saya mengerti adalah bisa-bisanya masih ada masyarakat dengan pemikiran yang luar biasa rasis seperti ini.

Sebenarnya apa salah orang cina? terlebih lagi apa sih salah keturunan cina di Indonesia?

Isu lama, ini sungguh isu lama.. saya masih tak habis pikir masih ada orang yang menganggap mereka sebelah mata, masih ada saja yang menganggap mereka orang luar dan bukan warga negara Indonesia. Guys, mereka juga warga negara Indonesia, tolong.

Sudah bergenerasi-bergenerasi mereka hidup di Indonesia, boro-boro sikap cinta kepada negara Cina, saya yakin sebagian dari mereka bahkan tidak tau nama desa kampung halaman nenek moyang mereka berasal. Mereka telah menjadi warga negara Indonesia sejak lama, tapi mengapa masih juga dapat perlakuan diskiriminasi begini? apakah tragedi 1998 belum cukup membuka mata kita bahwa mereka juga sebenarnya sama seperti kita yang mengaku penduduk pribumi? 

Saya jadi merasa bersyukur bahwa saya dibesarkan dalam lingkungan yang multikultural mungkin ini juga yang membuat saya menjadi sedikit condong ke arah liberalis tapi tak ada salahnya kok. Dulu saya sempat menikmati pendidikan di sebuah sekolah swasta yang mayoritas siswa/siswinya adalah keturunan Cina. Sebagai anak kecil yang masih labil, kata ejekan-ejekan seperti "dasar lo cina!" sudah pasti sering terlontar dari mulut kami. Namun hanya sebatas itu, tidak lebih hanya sekedar ejekan anak-anak labil biasa.

Katanya cina itu identik dengan kata 'pelit'. Sebenarnya mereka tidak pelit kok, mereka cuma hemat. Saya menuliskan ini sesuai dengan pengalaman pribadi saya. Saat saya masih sekolah di sekolah swasta yang saya sebutkan sebelumnya, pernah suatu ketika saya lupa membawa uang. Lalu saya mencoba meminjam uang kepada teman-teman saya dan yang meminjamkan saya uang bukan orang Jawa, atau orang Batak, tapi teman saya yang keturunan Cina. Tidak, saya bukannya bilang bahwa orang Jawa atau Bataklah yang pelit, mereka benar tidak mempunyai uang lebih pada saat itu, namun saya hanya menekankan bahwa orang Cina tidaklah pelit karena kalau teman saya pelit, pasti dia juga akan bilang dia tidak punya uang juga. Perlu kalian ketahui, teman keturunan Cina ini bukanlah teman dekat saya, dia hanya teman yang kebetulan ada di kelas yang sama dengan saya. Sungguh perkataan Cina identik dengan pelit itu adalah hal yang tidak benar.

Tapi saya rasa tidak semua orang punya kesempatan untuk mengenal WNI keturunan Cina lebih dalam. Dan masih saja sering menjadikan kata "Cina" itu sebagai ejekan, bahkan kambing hitam. Sebagai contoh saya sangat menyayangkan -yang katanya- black campaign yang terjadi terhadap salah seorang calon presiden dengan membawa-bawa ras Cina disebuah surat kabar. Saya bukan bicara tentang pemilihan presiden yang akan terjadi sebentar lagi, tapi saya bertanya-tanya "mengapa harus Cina?", "memang kalau Cina kenapa?" berbagai pertanyaan seperti itu berputar di dalam benak saya. Sungguh sedih rasanya mengingat bangsa besar yang katanya ramah ini ternyata masih saja memiliki pemikiran rasis luar biasa seperti itu.

Saya yakin masyarakat Indonesia tidak semuanya rasis seperti beberapa oknum, tapi cobalah lihat bahwa banyak prestasi yang dibawa Indonesia yang juga adalah hasil kerja keras keturunan Cina. Contoh gampangnya bisa dilihat Koko Simon Santoso atau Cici Greysia Polii. Mereka bertanding atas nama Indonesia loh, bukan untuk Negara Cina.

Karena itu berhenti deh mendiskriminasi WNI keturunan Cina, mereka bukan lawan tapi kawan kita. Kalau kita yang merasa warga pribumi merasa dibudaki cobalah tengok negara-negara lain yang sedang dipuja-puja sekarang, misalnya negara yang sedang menjamur karena boyband dan girlbandnya atau negara yang mengimpor motor-motor pembuat macet di Indonesia. Anyway saya cuma ingin kita semua membuka mata dan alangkah baiknya kalo tidak membeda-bedakan lagi. Ingatlah semboyan negara kita,teman!

BHINEKA TUNGGAL IKA
"walau berbeda-beda tetapi tetap satu"


No comments:

Post a Comment